Di Sulawesi Selatan, Tana Toraja mempunyai tradisi tersendiri yaitu setelah warganya meninggal mayat-mayat itu memang tidak dikuburkan di dalam tanah. Mereka sengaja berserakan di dalam goa-goa tersebut. Ada juga sampai peti matinya jebol sampai berserakan ke mana-mana.
Di Londa, wisatawan bisa begitu dekat dengan tengkorak-tengkorak asli itu. Bagaimana tidak, tulan-berulang berunur ratusan tahun itu dibiarkan terpapar pandangan mata begitu aja. Mayat-mayat yang disemayamkan di Londa tak semuanya berusia ratusan tahun, ada pula mayat baru dengan peti masih utuh dan tak menampakkan isinya.
Pada lokasi Londa ini para wisatawan boleh diperkenankan untuk foto-foto narsis bersama tengkorak-tengkorak itu. Ungkapan ngeri-ngeri sedap bisa dipakai untuk menggambarkan sensasi yang didapat dalam wisata kematian ini. Di pintu goa anda bisa menyaksikan peti-peti tua yang disebut terbuat dari kayu utuh. Diatas tebing, terlihat Tau-tau alias patung orang-orang yang disemayamkan disitu.
Begitu masuk ke dalam goa, kegelapan langsung menyambut dan hawa dingin merasuk. Jika tak hati-hati wisatawan bisa terpeleset jatuh ke atas tengkorak manusia. Yang menarik dalam goa ini adalah ada sepasang tengkorak di sudut gelap goa. Mereka adalah sepasang kekasih yang memilih jalan kematian lantaran cinta mereka tak direstui orang tua. Ceritanya mirip dengan tema tembang kenangan tempo dulu. Bedanya, ada unsur inses dalam kisah tragis ini. Sepasang kekasih itu tersendiri dari pria bernama Lobo dan wanita bernama Anggui. Ini adalah sepasang sepupu satu kali yang tak direstui cintanya oleh orang tua nya. Oleh sebab itu dalam adat Toraja, mereka masih dianggap saudara. Mereka mau menikah tapi tak boleh, kemudian mereka bunuh diri. Cerita ini mempunyai tambah seram suasana di dalamnya.
Di sisi lain dalam goa ini ada tigatengkorak yang bertumpuk di cekungan dinding goa. Di atas tumpukan tengkorak itu, ada lubang yang pas untuk dimasuki kepala orang. Wisatawan diperbolehkan juga foto-foto disamping tengkorak itu.
Memang wisata kubur batu Toraja ini sudah tersebar ke sulruh mancanegara. Turis mancanegara biasa berseru eksotis sebagai ungkapan kesannya untuk wisata semacam ini, karena memang mereka berasal dari luar Indonesia dan memandang semua ini sebagai sesuatu yang asing dan unik. Belum tentu orang Indonesia sendiri aja apakah sudah pernah ke Toraja. Bahkan untuk warga perkotaan Sulawesi Selatan.
Posting Komentar